Selasa, 04 Agustus 2015

5 Perbedaan Wirausahawan Tradisional dengan Modern

wirausahawan tradisional modern andrias ekoyuono
Editor’s Note: Tulisan ini dibuat oleh Andrias Ekoyuono—VP Business Development Ideosource Venture Capital—dalam blognya yang berjudul 5 Perbedaan Wirausahawan Tradisional dengan Modern. Andrias sebelumnya pernah bergabung di detik.com, HP, dan XL Axiata. Berikut tulisan yang baru saja dimuat dalam blognya:

Bisnis berkembang dari masa ke masa, dan setiap masa melahirkan berbagai cara baru dalam berbisnis. Hal ini pulalah yang kemudian menciptakan perbedaan antara wirausahawan tradisional dan modern. Berikut ini adalah 5 perbedaaanya.
Peluang vs Problem
Wirausahawan tradisional biasanya memulai bisnis karena melihat peluang. Peluang misalnya berasal dari tawaran, bisnis lain yang berhasil, trend, aset yang dimiliki, atau juga dari skill yang dikuasai. Sedangkan wirausahawan modern memulai dari problem yang dialami, ditemukan, atau dilihat. Dari situ dia berhasil menemukan solusi untuk memecahkan problem itu, kemudian mengetahui bahwa problem dan solusi itu memiliki market yang cukup.
Kompleks vs Sederhana
Wirausahawan tradisional akan berusaha memenuhi berbagai kebutuhan beragam orang, juga terbawa beragam trend atau masukan yang diberikan kepadanya. Sehingga produk atau service yang diberikan akan makin kompleks, banyak, dan beragam fiturnya. Sedangkan wirausahawan modern terus-menerus fokus kepada solusi dari problem utama dari konsumen, kemudian berusaha menyederhanakan solusinya, membuatnya makin mudah bagi konsumen. Sering terjadi wirausahawan modern malah memangkas produk, service, atau fitur demi membuat konsumen makin menikmati solusi terbaik bagi problemnya.
Termurah vs Terbaik
Wirausahawan tradisional biasanya cenderung untuk berhemat dalam menggaji karyawan, bahkan untuk karyawan yang di dalam tim manajemen ataupun yang posisinya langsung dibawahnya. Mereka berpendapat bahwa lebih baik dikerjakan sendiri daripada bayar orang yang relatif lebih mahal. Sementara wirausahawan modern biasanya akan berusaha merekrut orang terbaik ,karena dia tahu bahwa profesional terbaik akan bisa menjadi sparring partner internal baginya sekaligus katalisator pertumbuhan. Selain itu, dengan memiliki orang-orang terbaik, membuat sang wirausahawan bisa mendelegasikan pekerjaan dan lebih fokus kepada hal-hal yang lebih strategis. Mereka juga tidak segan memberi gaji lebih besar, bahkan lebih besar daripada gajinya sendiri. Wirausahawan modern juga terbiasa merekrut partner baru bagi bisnisnya untuk saling melengkapi kekuatan.
Pengulangan vs Naik Kelas
Wirausahawan tradisional akan cenderung berusaha mengulangi keberhasilan bisnisnya dalam skala tertentu dengan membuat bisnis yang mirip hanya berbeda produknya. Misal bila dia berhasil membuat bisnis soto beromset Rp 1 M, maka dia akan berusaha membuat bisnis pecel beromset Rp 1 M, dan seterusnya. Sementara wirausahawan modern akan berusaha naik kelas. Apabila berhasil membuat bisnis soto beromset Rp 1 M, maka dia berusaha membuat bisnis sotonya menjadi beromset Rp 10 M, Rp 100 M, dan seterusnya. Untuk itu dia tidak segan-segan untuk terus belajar dan mengembangkan manajemennya, karena ada banyak perbedaan untuk mampu mewujudkan dan mengelola bisnis yang 10 kali lipat lebih besar.
Stagnan vs Moving Target
Wirausahawan tradisional akan cepat merasa puas dan sukses, kemudian cenderung berkata “Selama ini juga jalan kok”. Sementara wirausahawan modern akan selalu beranggapan bahwa “Life is a moving target”, sehingga cenderung tak pernah puas dan selalu “lapar”. Jadi mereka akan selalu terbuka terhadap inovasi, bahkan perubahan drastis, agar bisnisnya makin berkibar dan relevan.
Sumber : http://startupbisnis.com/5-perbedaan-wirausahawan-tradisional-dengan-modern/